Oleh : Rudhiyul Haq, S.Kom.

Teknologi yang sedang ramai karena dipakai oleh Game Pokemon GO walaupun belum masuk ke Indonesia, dan masih terbatas di wilayah tertentu terutama Amerika Serikat, dan mengalami labilitas server, Pokēmon Go tetap diminati oleh banyak orang. Masyarakat Indonesia bahkan “tidak kuat” menahan sabar untuk mengunduh APK-nya melalui situs-situs tertentu alias tanpa melalui Play Store. Tidak ada yang meragukan animo masyarakat, terutama para penggemar game, untuk memainkannya. Yang jelas, bermain Pokēmon Go secara tidak langsung memperkenalkan kita pada khazanah baru teknologi, yaitu augmented reality.

Menurut Wikipedia argumented reality atau dalam bahasa Indonesia di sebut Realitas tertambah adalah teknologi yang menggabungkan benda maya dua dimensi dan ataupun tiga dimensi ke dalam sebuah lingkungan nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Tidak seperti realitas maya yang sepenuhnya menggantikan kenyataan, realitas tertambah sekedar menambahkan atau melengkapi kenyataan.

Sementara itu, Ronald T. Azuma dalam karya ilmiahnya yang berjudul A Survey of Augmented Reality (2007) menjelaskan bahwa augmented reality adalah teknologi yang menggabungkan obyek-obyek maya yang ada dan dihasilkan (generated) oleh komputer dengan benda-benda yang ada di dunia nyata sekitar kita, dan dalam waktu yang nyata. Pemahaman ini dikutip dari situs School of Computer Science Binus University.

Selain menambahkan benda maya dalam lingkungan nyata, realitas tertambah juga berpotensi menghilangkan benda-benda yang sudah ada. Menambah sebuah lapisan gambar maya dimungkinkan untuk menghilangkan atau menyembunyikan lingkungan nyata dari pandangan pengguna. Misalnya, untuk menyembunyikan sebuah meja dalam lingkungan nyata, perlu digambarkan lapisan representasi tembok dan lantai kosong yang diletakkan di atas gambar meja nyata, sehingga menutupi meja nyata dari pandangan pengguna.

Sejarah Augmented Reality

Konsep pertama augmented reality diperkenalkan oleh Morton Heilig. Heilig adalah seorang cinematographer pada tahun 1950-an. Saat itu, augmented reality membutuhkan sebuah alat yang besar sebagai alat output. Alat output dapat berupa yang dipasang ditubuh kita (dikenal dengan nama HMD, Head Mounted Device). Alat HMD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 oleh Ivan Sutherland dari Harvard University. Selain HMD, alat output lainnya bisa berupa monitor, seperti monitor TV, LCD, monitor ponsel, dan lain-lain.

Augmented reality dengan input berupa sensor GPS baru diperkenalkan pada tahun 2003. Penemuan itu merupakan hasil dari penelitian Jack M. Loomis (Departemen Psikologi) dan rekan-rekannya, yaitu Reginald G. Golledge (Departemen Geografi) dan Roberta L. Klatzky (Departemen Psikologi). Pada karya ilmiahnya, Personal Guidance System for the Visually Impaired using GPS, GIS, and VR Technologies, ketiga peneliti yang berasal dari University of California itu memaparkan perihal augmented reality pada tahun 1994.

Penelitian mengenai augmented reality terus berkembang. Pada tahun 1996, Rekimoto dalam karya ilmiahnya, Augmented Reality Using the 2D Matrix Code In Proceedings of the Workshop on Interactive Systems and Software, memperkenalkan marker 2D untuk pertama kalinya. Dua tahun kemudian, ARtoolkit (sebuah perangkat lunak berupa augmented reality library) pertama kali diluncurkan oleh Dr.Hirokazu Kato, ilmuwan dari dari Nara Institute of Science and Technology.

Pada tahun 2009, MIT Media Lab membuat proyek SixthSense: A Wearable Gestural Interface dan Wear Ur World(WUW). Keduanya memungkinkan augmented reality diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari.

Prinsip Kerja

Sistem Augmented Reality bekerja berdasarkan deteksi citra dan citra yang digunakan adalah marker. Prinsip kerjanya sebenarnya cukup sederhana. Webcam yang telah dikalibrasi akan mendeteksi marker yang diberikan, kemudian setelah mengenali dan menandai pola marker,webcam akan melakukan perhitungan apakah marker sesuai dengan database yang dimiliki. Bila tidak, maka informasi marker tidak akan diolah, tetapi bila sesuai maka informasi marker akan digunakan untuk me-render dan menampilkan objek 3D atau animasi yang telah dibuat sebelumnya. Untuk lebih lengkapnya, berikut tahapan utama sistem Augmented Reality tersebut :

  1. Pertama – tama dibuat terlebih dahulu objek yang akan ditampilkan. Secara umum objek yang dibuat adalah benda 3D , foto, video, ataupun animasi yang dibuat dengan software perancangan objek seperti Google sketchup, 3DMax , atau dengan Blender.
  2. Setelah objek jadi, maka objek tersebut akan disimpan ke dalam library. Kemudian setelah itu yang perlu dibuat adalah marker. Marker adalah sebuah penanda yang memiliki pola khusus. Marker yang digunakan untuk teknologi Augmented reality ini adalah pola kotak dengan standard tertentu. Marker inilah yang nantinya akan dideteksi oleh webcam untuk menampilkan objek. Setelah itu pola marker yang dibuat harus disimpan ke dalam library juga agar nantinya aplikasi yang dibuat dapat membedakannya dengan marker yang lain. Biasanya penyimpanan marker ini membutuhkan bantuan aplikasi lain seperti marker generator.
  3. Kedua komponen utama yaitu marker dan objek telah jadi. Setelah itu kita membuat aplikasi yang dapat membangkitkan objek dari marker yang dibuat dengan bantuan builder, untuk tugas akhir ini adalah dengan Adobe Flex SDK yang bersifat open source dan berbasis action script.

Sumber:

ndikendii.blogspot.com

denmasmr.blogspot.com

Augmented City, Kota masa depan – Kompas.com tekno.kompas.com

teknokratcomputercompetition2016.blogspot.co.id/2015/02/apa-sih-augmented-reality-itu.html

id.wikipedia.org/wiki/Realitas_tertambah