Oleh : Rulia Hakiki Zavista

Fajar

Hawa-hawa dingin mulai terasa
Kala itu masih dalam keadaan hening
Melihat jam, masih terdiam dan membisu
Semakin berjalannya waktu, terdengar suara dari sumber keheningan

Elok nan merdu didengar
Hawa-hawa yang hampir sama di kampung asalku
Semakin menguatkan ingatanku tentang halaman rumahku
Suaranya terdengar setiap pagi

Serta menjadi tanda bahwa waktu istirahat sudah cukup
Seiring berjalannya waktu, kupindahkan jiwa dan ragaku ke tempat suci itu
Rasa kantuk tak bisa kulawan

Menghadap arah kiblat memohon yang terbaik untuk kehidupan
Menoleh kebelakang rasa syukur kuucapkan

Siman,  Juli 2021

Gedung Suci

Tak ada hariku yang terlewat tanpa memandang semuanya
Kubuka mataku gedung suci itu selalu yang pertama kali kulihat
Kulihat semua atas dasar rasa bangga
Menjalani hidup bersama orang-orang pilihan Allah

Dari bagian hidupku yang masih tanda tanya
Aku masih merasa tidak pantas berada di gedung suci ini
Tapi, atas dasar rasa bangga
Aku sangat bersyukur berada di sini

Siman,  Juli 2021

Tirakat

Terlalu terbiasa dengan hidup senang
Kehidupan yang susah dihiraukan olehnya
Sejuknya pagi pun kadang menyapa
Dalam hati dan pikiran tersiksa

Saat sendiri, kenikmatan itu teringat kembali
Tak kenal apa itu sengsara
Sungguh, kehidupannya benar-benar berubah drastis
Aku kaget, karena tak biasa

Makan seadanya, waktu pun harus kubagi
Bersuci pun kadang kekeringan
Untuk kita, semoga mampu melawan kesengsaraan ini

Siman,  Juli 2021

*Penulis adalah siswi kelas XII MIPA SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan. Gemar menulis, membaca puisi dan bersenandung sholawat. Karyanya yang telah terbit, Simfoni Hati dan Sajak dari Bilik Pesantren