Oleh : Ki Ans

Di terik siang, lagi mendengarkan materi khususi dari sosok yang paling disegani di Jam’iyah Al Qohwah. Sosok itu sedemikian istimewa dan punya maqom sendiri. Sekalipun kulitnya sudah menunjukkan keseniorannya di atas planet ini, tapi kumisnya seolah menolak tua. Makalah yang tersaji sungguh khususi (istimewa), karena dalam kontemplasinya telah menemukan kata “cover”, kata itu ia peroleh disela mengikuti kursus bahasa asing.

Cover dan kafir tampaknya ada kesamaan makna sekalipun dari dua bahasa yang berbeda. Demikian pula “paradise” dan “firdaus”. Jangan-jangan telah terjadi cultural excange secara natural akibat dominasi budaya terhadap suatu bangsa. Istilah-istilah Belanda juga masih tersisa di Nusantara tercinta, misal Kulkas (Koelkas), Sepur (spoor), Pit (pit), stip dan masih banyak lagi yang sudah kita anggap sebagai bahasa sendiri. Woww, materi linguistic yang setara 2 SKS oleh pemateri selevel master. Kemudian sambil merapikan kumis, seolah kurang yakin akan kerapian kumisnya. Lebih detail kata cover diungkap panjang lebar olehnya.

Melihat hanya pada cover sering kali tertipu. Bau busuk pun akan diperebutkan oleh banyak orang karena rapatnya cover yang melingkupinya sehingga untuk menghilangkan baunya, sedikit ditaburi wewangian pasti punya daya tarik yg memikat. Kadang “Cover” dipakai strategi penjualan, jika terjadi pasti ini katagori penipuan dan tidak akan survive. Cepat atau lambat akan dijauhi oleh pengguna produk. Lebih membahayakan jika kebatilan dan kedzaliman dicover dengan kebenaran dan keadilan. Pertanyaan mendasar dan filosofis, kenapa kebenaran ditutupi. Ada yang takut dengan kebenaran, tampaknya ada oknum ketika kebenaran tampak, maka wajah aslinya terpublish. Demikianlah, seseorang dengan maqom khususi tadi menjabarkan pemikirannya. Dalam rangka interopeksi diri demi kebaikan diri, orang lain, masyarakat dan bahkan sampai tingkat pemerintahan di sana.

*Penulis adalah founder komunitas literasi “Jam’iyah Al Qohwah M.B.S.R.I”