Oleh : Drs. H. Masnif, S.H., M.Ag.

Film ini diproduksi sekitar tahun 1984-1985. Berkisah tentang kejadian tahun 1965. Disutradarai oleh seniman hebat Arifin C. Nur, suami dari Jajang C. Nur dengan biaya yang tentunya tidak sedikit agar menghasilkan kualitas film yang bagus dan berkelas.

Pada kesempatan kali ini, penulis akan mencoba sedikit mengupas film yang fenomenal hingga saat ini melalui sudut pandang ilmu seni peran.

1. Dari Unsur pemeran.
Berbulan-bulan sang sutradara mencari sosok para pemain film yang harus mirip dengan sang tokoh dalam peristiwa tersebut. Tidak hanya mirip namun mereka juga harus bisa beracting dengan baik. Maka, didapatilah pemeran-pemeran yang luar biasa dalam acting maupun kemiripannya. Mereka itu, antara lain :
a. Letjend Suharto, Pangkostrad (panglima komando strategis angkatan darat) yang kelak menjadi presiden RI ke dua, diperankan oleh dr. Amoroso Katamsi. Wajah dan profilnya sangat mirip dengan Pak Harto. Begitu pula, ketika proses dubbing/pengisian suara, sangat mirip suara Pak Harto.
b. Presiden Sukarno, diperankan oleh Umar Kayam, seorang wirausahawan yang sukses. Penulis sepertinya pernah melihat perusahaan beliau di kawasan pasar baru, Jakarta Pusat.
c. Aidit, tokoh sentral pemimpin PKI, diperankan oleh Syu’bah Asa (wartawan senior majalah tempo).
d. Letkol Sarwo Edy Wibowo, pemimpin operasi penumpasan dengan menguasai kembali RRI yang pernah dikuasai oleh PKI dan untuk menyiarkan pidato.
e. Letkol Untung, pemimpin lapangan PKI, diperankan oleh pemeran gurunya Galih (Rano Karno dalam film “Gita Cinta dari SMA”. Beliau kelak menjadi mertua jendral Dr. H. Susilo Bambang Yudoyono (presiden RI ke 6).
f. Jendral Umar Wira Hadi Kusuma, Pangdam Jaya, yang kelak menjadi wakil presiden RI. Diperankan pemeran yang biasa menjadi Wak Haji, alias ustadh dalam film Si Gobang.
g. Istri dari Jendral Abdul Haris Nasution, ibunda Ade Irma Suryani Nasution yang wafat karena terkena tembakan dari para penculik yang ingin menculik Jendral Abdul Haris Nasution. Tokoh ini diperankan oleh Ade Irawan, ibunda artis Ria Irawan.
Itulah sekilas tentang para pemerannya. Film tersebut juga didukung oleh aktor kenamaan seperti Dicky Zulkarnain, dll.

2. Dari Segi Ilustrasi Musik
Adapun ilustrator musiknya, dipercayakan pada violis maut, musisi hebat Idris Sardi. Kita bisa ikut hanyut perasaan kita jika mendengar ilustrasi musiknya.

3. Dari Segi Kostum, Property, Setting Tempat, dan Waktu, sungguh sangat mencerminkan suasananya waktu itu.

Film ini, sebagaimana yang lain, sekarang ada disimpan dan diarsipkan di gedung arsip film Usmar Ismail yang beralamat di Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan. Insya Alloh masih di alamat tersebut karena penulis pernah berkunjung ke tempat itu sekitar tahun 1982.

Semoga kajian di atas dapat menambah wawasan kita. Saya tidak mengajak untuk larut dalam Pro dan Kontra terhadap kejadian yang ada dalam film tersebut.

*Penulis adalah aktifis pendidikan, Dakwah dan Seni. Telah purna tugas menjadi guru Pendidikan Agama Islam dan Seni di SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan pada tahun 2021.