Oleh : Dwi Elfira Nur Melinda Cahyani

Malam hari selepas Isya’, sudah menjadi kebiasaan keluarga kecil kami, aku, ayah dan ibuku, untuk berkumpul, bersua setelah seharian berpenat dalam kesibukan dan aktifitas masing-masing. Aku sangat kagum dengan Ayahku, sepadat apapun jadwal kerjanya, pasti meluangkan waktunya untuk kami. Ibuku pun demikian. Meskipun terkesan sangat protektif terhadapku, tetapi sebenarnya beliau sangat lembut hati. Semua akan dilakukannya demi kebaikanku di masa depan.

“Ya ampun…ada saja yang dilakukan para remaja zaman sekarang,” ucap ibu trenyuh ketika melihat berita kriminal di televisi.
“Sudah tidak heran lagi, Bu, dengan liputan-liputan semacam itu,” jawab ayah sembari membaca beberapa majalah yang tergeletak di meja ruang keluarga.

“Iya, Yah, tapi apakah ayah tahu kejadian penggerebekan tempo hari yang melibatkan para remaja desa kita ini?”
“Lho, kapan itu, Bu, kasus apa? Ayah kok baru dengar ini.”
“Ibu juga tidak tahu persisnya, kata tetangga sebelah, ada empat remaja yang ditangkap polisi, katanya sih, mereka termasuk sindikat pengedar dan pemakai narkoba,” sahut Ibu dengan wajah yang serius.

“Iya, Yah, Linda juga tahu dari teman sekolah, katanya digrebeknya sekitar pukul 11 malam, dan sampai sekarang mereka masih belum pulang,” ucapku lirih. Ayah menarik nafas panjang dan menggelengkan kepalanya tanda prihatin.
“Nak, ini pesan ibu, kamu jangan sampai melakukan hal-hal yang tidak baik. Ingat, Nak, kamu adalah harapan ibu satu-satunya. Ibu sangat sayang kamu. Kalau di luar rumah. jangan bergaul dengan teman yang sekiranya perilakunya aneh. Ibu tidak mengajari anak ibu untuk pilih-pilih teman, tapi ibu mengajari anak ibu agar berhati-hati memilih teman.”
“Iya, Bu.”

***

Kasus narkoba yang melibatkan para remaja di desaku sungguh menjadi sebuah pembelajaran tersendiri bagi para orang tua dan khususnya bagi kami, para pelajar yang menjadi tunas bangsa. Apa jadinya bangsa ini di masa depan jika para kaum mudanya terjebak dalam dunia hitam. Oleh karena itu, berangkat dari rasa keprihatinan dan kepedulian, terbesitlah sebuah ide untuk setidaknya bisa menangkal maraknya kasus narkoba di dunia para remaja.

“Teman-teman, sebagai seorang pelajar, kita juga mempunyai tanggung jawab moral terhadap kemajuan bangsa. Apakah kita lantas berpangku tangan melihat maraknya kasus-kasus kriminal yang menimpa para remaja seusia kita? Apakah kita harus menyerah dengan keadaan? Tidak, bukan. Maka dari itu, kawan. Dalam kesempatan ini, aku ingin mengajak kalian semua untuk mengadakan sebuah kegiatan yang bisa mengubah mindset para remaja agar tidak terjerumus dalam lembah hitam, seperti kasus narkoba yang terjadi baru-baru ini di desa kita.”

“Kegiatan apa itu, Lin?” tanya salah seorang temanku di OSIS.
“Webinar…” jawabku tegas.
“Wahhh…ide bagus itu, Lin, kebetulan dalam program kerja divisi kita juga ada ya yang mengadakan sosialisasi bahaya penyalahgunaan Narkoba,” ucap Rena.

“Betul, Ren. Sekarang kita coba buat proposal kegiatan. List semua teman-teman yang akan kita libatkan dalam kegiatan ini. Setelah itu, kita ajukan proposal yang sudah kita buat ke bapak pembina OSIS. Semoga disetujui.”
“Saya yakin akan di ACC, Lin. Idemu ini sungguh luar biasa. Cocok dengan situasi seperti saat ini,” sahut Aldi.
“Iya, Al, semoga. Dari Bapak pembina, kita nanti juga akan diarahkan untuk menghadap pada Bapak Kepala Sekolah,” jawab Kiki, ketua OSIS kami. “Terimakasih teman-teman atas dukungannya,” ucapku dengan mata berkaca-kaca.
“Iya Lin, aku malah bangga bisa berpartisipasi di kegiatan ini,” jawab Rena.

Setelah itu, kami segera membentuk kepanitiaan serta membuat proposal kegiatan. Dalam hati kami yakin, Jika mau bergerak, tidak ada hal yang tidak mungkin. Kita tidak boleh hanya berpangku tangan dan hanya menyerah pada keadaan. Meskipun dari segi usia, kami masih teramat hijau, namun tidak ada salahnya membuat gerakan yang mampu menginspirasi sesama. Dan dalam kondisi pandemi seperti saat ini, mengadakan Webinar yang bisa diikuti oleh semua orang, khususnya para remaja Indonesia, adalah sebuah langkah yang solutif.

***

Waktu yang kami nanti-nanti pun akhirnya tiba. Kami menyiapkan salah satu ruangan di perpustakaan sebagai tempat Webinar. Sebagai narasumbernya, kami mengundang orang-orang dari Lembaga Anti Narkoba serta personel Polres.
Kegiatan kami ini ternyata banyak diminati oleh khalayak, bahkan tidak sedikit yang berasal dari luar kota. Terhitung sebanyak 500 peserta yang sudah terdaftar. Kami sangat senang sekali. Ada semacam kebanggaan yang tersemat di dada kami, ketika kegiatan ini bisa bermanfaat untuk semua orang.

Di akhir acara, Bapak Kepala sekolah memanggil panitia ke ruangannya. Beliau mengucapkan terimakasih dan bangga atas ide dan kerja keras kami. Sebagai bentuk apresiasinya, kami mendapatkan tawaran untuk beranjangsana bersama stakeholder sekolah ke salah satu universitas di luar negeri.

Dadapan, Oktober 2021

Tentang penulis : Dwi Elfira Nur Melinda Cahyani. Berasal dari desa Dadapan, kecamatan solokuro, kabupaten lamongan. Saat ini duduk dibangku kelas XI 1 SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan