Oleh : Ki JD

Tengah hari di bawah rindang pohon waru doyong, cak Bagong mengotak-atik gadget yang baru saja dibelinya, tepatnya hasil tukar tambah, dari konter salah seorang temannya di pasar Wage.
“Hp mu kok diwolak-walik kanggo apa, Gong?” tanya cak Petruk yang risih dengan kelakuan ragil panakawan tersebut.
“Ini lho, mau tak buat facebook an, dari tadi kok muter-muter saja sinyalnya, padahal hp ku ini lebih bagus dari punyaku yang kemarin.”
“Mungkin sinyalnya ngambek, Cak,” aku menimpali.
“Wah, gak mungkin. Ini hp nya lebih mahal harusnya bisa lebih ‘nyaut’. Iki lho, prejengane ae lebih mentereng dari hp lawas,” ujar cak Bagong sambil menunjukkan casing yang mengkilap.
“Berarti durung karuan, Gong, lha pas kamu beli hp itu niat beli fungsi atau prejengan?”
“Ya….beli hp yang bagus, gitu aja.”
“Nah, itu. Ndak ingat pesene romo Semar tha, Gong, jaman kalabendu seperti sekarang ini jangan mudah tergoda prejengan fisik. Mata harus benar-benar jeli. Sekarang ini banyak sekali orang yang tertipu oleh penampilan fisik atau casing saja. Akibatnya ya kayak kasus hp mu itu, mentereng wujude nanging fungsine acakadut,” terang cak Petruk seperti rumus persegi panjang.
“Lha, trus piye, Truk, hp ini tak apake?” Tanya Bagong dlohom.
“Delok en kae ana kirik dlurung nang ngisor ciplukan?” Tunjuk cak Petruk.
“Terus….”
“Sawatke kono. Xixixixi…”
“Hancurittt kowe, Truk….”

***

Don’t judge a book by its cover, sebuah idiom yang sudah lumrah kita dengar perihal sikap awal dalam memandang, menilai dan memproyeksi seseorang, benda bahkan keadaan di luar diri kita. Seringkali mata ini terlalu ngeblur untuk bisa membedakan sesuatu itu apakah ori atau imitasi. Apakah mungkin karena kebeningan hati dan intuisi sudah tidak begitu diugemi lagi. Sehingga terciptalah budaya yang menadrisi, memuja pencitraan casing semata.

“Loyang (seng) diperebutkan dan digadang-gadang, sedang emas dibuang-buang, dikucilkan”, mengolah kata-kata Mbah Nun dalam lirik lagu jaman wis akhir, sungguh sayang seribu kali sayang. Para wayang sudah lupa daratan dan lautan.
Semoga, kita beserta anak cucu, selalu diberikan kekuatan untuk tetap bisa membedakan, mana yang alami, mana yang polesan dari setiap hal dalam rentetan alur lakon hidup yang tersaji. Semoga…

Pojok Omah, 121021