~ PUPUS ~
Di hadapmu, Semenjana ini sujud diruang – ruang rindu
Kuhinakan diriku untuk “Astu” yang terpuji, pada yang “Kama”
Atma-mu layaknya langit dengan keindahan matahari dan sejuknya mendung
Dengan angkuhnya gemuruh petir dan berkahnya tetes hujan yang jatuh mengalir
Hingga alirnya sampai padaku
Namun,
Aku hanyalah semenjana yang terlantar di sepanjang jalan pulang
Aku menyerah
Kupersembahkan darah ini untuk mencumbui bumi
Menuliskan kisah cinta ini
~ PUTIH – HITAM – PUTIH ~
Savana yang dirindukan
Dua telapak tangan yang saling menggenggam, membasuh luka
Membancah rindu?
Kasih, Sumarah ialah aku kepadamu
Engkau tau aku terluka, dan kau tetap diam saja
~ SUDAH ~
Kisah kita usai
Kiblatmu berpaling pada “Tirta Amarta” yang serak
Ku dawaikan luka-luka pada Tuhan peluluh kemarahan hati
Semoga Aksama menjadikanmu utuh
Biar aku menjadi pahang padma yang layu, air, dan segala keindahan yang disia – siakan
~ EGO ~
Kita selayaknya kopi yang sama sekali tidak dituang, dan pura- pura amnesia setelahnya
Kita adalah kosong yang licik
Kita…..
Ah, sudahlah
~ BIAR HILANG ~
Biar hilang,
Kamu hilang.
Aku tenang.
Kamu hilang.
Kamu pergi, aku mati.
~ JANGAN ~
Jangan menghidupkan mimpi – mimpi
jika pada akhirnya kau terbakar oleh apimu sendiri dan juga membakarku
~ TEMARAM ~
Malakut, cinta seorang sufi sampai pada- Nya
Mengukuhkan jiwa-jiwa yang berserakan, menikahi segala keindahan Tuhan
Sementara aku adalah debu tak kasat
Payah untuk mengemudikan cinta yang mantab
Desak,
aku berdesak desak pada kilau kilau menang, kemenangan
aku tertangkap pada perangkap wangi asmara
Pilu,
Kefanaan sama dengan rasa yang akan sirna,..
Aku kembali lagi
Mencumbui, dan akhirnya ingkar lagi
~ SAMPAI NANTI~
Jika rindu yang kau kata adalah sajak kematian,
Biarkan aku menjadi kafan agar peranku bukan hanya sekedar kelopak mawar
Agar aku tenang memelukmu dalam desah nafas rindu
Agar cintaku tak terlantar di kefana-an yang merebut cinta dan memaksaku untuk kembali pulang
Rindu konsonan selalu kuceritakan pada Tuhan
Melangitkanlah perasaanmu, lalu turun dan nikmati rasa kita berdua
Sampai nanti
~ TERLANJUR HANCUR~
Ramuan mangkus dituangkan pada jiwa yang lapar
mencari makna yang tercecer, menemukan ayat yang hilang
Namun, sebenarnya ia tidak benar-benar ada
Hanya khayal
Tentang Penulis :
Nida Mashlahatul Khoiriyah, Lahir di Semarang 21 tahun yang lalu. Saat ini masih aktif kuliah di Universitas Billfath Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Gadis yang bercita-cita menjadi Violist ini kesehariannya juga bertugas sebagai parenting (pembina) di Pondok Pesantren Al Fattah 2 Siman Sekaran Lamongan bidang kesantrian.