Oleh : Sri Lestari, S.Pd.

Menyapa para sahabat dan terkhusus anak-anakku yang saya banggakan, peserta didik SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan. Pada kesempatan kali ini saya sengaja menulis artikel tentang pacarana, karena banyak anggapan para peserta didik bahwa pacaran itu bisa menambah semangat belajar. Benarkah?

Baiklah saya akan menyuguhkan kepada teman- teman beberapa data tentang remaja sekolah yang tengah menjalin sebuah interaksi yang disebut pacaran. Di sebuah sekolah ada seorang peserta didik yang masuk dalam deretan kasus sebagai berikut:
1. Ia tergolong berwajah tampan, bentuk tubuh yang bagus dan ideal, lumayan pintar, anak orang kaya lagi, dia berprestasi sebagai PASKIBRAKA tingkat provinsi, tapi sayang dia harus dipindahkan sekolah karena tertangkap sedang berduaan dan mohon maaf, tidur, bersama pacarnya yang beda sekolah di kelas kosong.
2. Seorang peserta didik yang harus dipindahkan sekolah gara-gara hamil dengan pacarnya yang satu sekolah.
3. Seorang peserta didik yang harus meminum obat-obatan terlarang karena sedih memikirkan pacarnya yang menyakiti hatinya.
4. Peserta didik yang berkelahi karena pacarnya diledek dan dicemooh.
5. Peserta didik yang rela ulangan harian disita dan diberi nilai dibawah KKM gara-gara dia mengerjakan ulangan pacarnya.
Kasus di atas hanya sebagian kecil yang bisa saya tuliskan. Masih ada banyak dinamika yang terjadi di kalangan remaja putra-putri pacaran yang pada akhirnya malah membebani dirinya sendiri.

Teman-teman, mari kita kupas pelan-pelan apakah benar pacaran bisa menambah semangat belajar? Atau jangan-jangan merusak segala-galanya? Yuk kita lihat apa sih makna pacaran yang sebenarnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasihan (dengan sang pacar).

Sebenarnya, pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Sayangnya di masa sekarang, pacaran digunakan sebagian orang untuk memenuhi hawa nafsu sesaat.

Dari beberapa makna tersebut di atas, sangat jelas sekali pacaran itu tidak cocok dilakukan peserta didik yang masih ingin mewujudkan impiannya dan cita-citanya, yang belum ingin melangsungkan pernikahan dengan orang yang disayangi dan dikasihi karena sebenarnya pacaran bagi kalangan tertentu itu untuk fasilitas perkenalan menuju pernikahan.

Telah sama–sama kita ketahui bahwa Islam adalah agama yang mengharamkan perbutan zina, termasuk juga perbuatan yang mendekati zina. “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan sesuatu jalan yang buruk,” (QS. Al – Isra, 17 : 32). Lalu, apa saja perbuatan yang tergolong mendekati zina itu? Di antara perbuatan mendekati zina adalah saling memandang, merajuk atau manja, bersentuhan, berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dan lain-lain yang mengarah dalam perbuatan perzinaan.

Karena unsur–unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu saja hal–hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang. termasuk aktivitas “pacaran”. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut :

Dari Ibnu Abbas r.a dikatakan : “Tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa – dosa kecil dari pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasullulah SAW bersabda: “Allah telah menentukan bagi anak Adam baginya dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau mendustakanya.” (HR. Al–Bukhari dan Imam Muslim)

Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al –Quran berikut :
“Janganlah seorang laki–laki berdua–duaan dengan wanita kecuali bersana mahramnya.” (HR. Al–Bukhari dan Imam Muslim)
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang laki –laki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan”. (HR. Imam Ahmad).
Sengaja saya menampilkan landasan kuat terhadap larangan keras untuk berzina, karena pacaran itu mendekati zina. Lalu, bagaimana jika berpacaran agar bisa saling kenal lebih dekat. Jika untuk tujuan pernikahan, boleh dilakukan. Bahasa yang ngetren saat ini disebut ta’aruf.

Jika dibanding nilai plus, pacaran lebih banyak nilai min atau negatifnya, di antaranya :
1. Kebablasan nafsunya, bisa terjerumus melakukan perbuatan Zina (berpegangan tangan, berciuman dan melakukan  hubungan suami istri) jika tidak punya control agama (iman) yang kuat.
2. Tidak fokus lagi pada tujuan semula yaitu menuntut ilmu.
3. Munculnya penyakit galau, uring-uringan dan stres, (karena dalam pacaran pasti akan ada permasalahan yang muncul).

Sadarilah anak-anakku kekuatan mengontrol nafsu kalian. Pilihlah jalan aman berteman dengan lawan jenis dengan memanage rasa, hati dan perilakunya agar tidak terjerumus ke jurang pergaulan bebas. Nah, menurut kalian, dari paparan di atas, apakah pacaran menjadikan seseorang bersemangat untuk berprestasi atau malah berkubang dalam perbuatan dosa?

Jika kalian mulai tertarik pada lawan jenis, tetap jaga hubungan kalian agar tidak sampai melakukan hal-hal yang dilarang agama dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Selalu mengingat Allah SWT
Menyadarkan diri kita bahwa cinta tertinggi hanya kepda Allah
Hidup ini sementara
2. Sholat
3. Menjaga pandangan
4. Jangan mencintai berlebihan
5. Berpuasa
6. Istighfar
7. Fokus pada hal yang positif

*Penulis adalah guru Bimbingan dan Konseling SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan